Pastikan
Vaksin Palsu Tak Rambah Ponorogo
Peredaran
vaksin palsu mulai berdampak di Ponorogo. Masyarakat yang memiliki anak bayi
resah. Beberapa di antaranya enggan melaksanakan vaksin.
Seperti
yang terjadi di RSU Muhammadiyah Ponorogo. Puluhan orang tua bayi kekhawatiran
saat petugas melaksanakan vaksin. Petugas harus berkali-kali menjelaskan asal
vaksin hingga akhirnya percaya. ‘’Ada 25 orang tua pasien yang sempat ragu.
Tapi akhirnya bersedia setelah beberapa kali
kami jelaskan,’’ kata Kepala Ruang Instalasi Rawat Jalan RSU Muhammadiyah
Ponorogo Anik Sulistiowati, kemarin (28/6).
Anik menegaskan,
vaksin yang digunakan di tempat kerjanya seratus persen asli. Tandanya mudah.
Vaksin itu kiriman dari pemerintah melalui dinas kesehatan (Dinkes).
Sedang, vaksin palsu merupakan produksi
perusahaan swasta. Anik mengaku pihaknya tidak pernah bekerja sama dengan
perusahaan farmasi swasta terkait vaksin. Bahkan, saat stok menipis, pihaknya
membeli vaksin dari perusahaan BUMN.
Kendati begitu, beberapa pasien masih belum
percaya. ‘’Sampai kami tunjukkkan bukti pembelian, tanggal kedaluwarsa dan kode
produksinya. Alhamdulillah masyarakat percaya,’’ terangnya
sembari menyebut pengawasan juga meliputi penanganan sampah medisnya agar tidak
disalahgunakan.
Kabid Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Ponorogo Dyah Ayu Puspita menyebut
keberadaan vaksin palsu sementara ditemukan di daerah Jawa bagian barat. Yakni,
Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Dia
berharap kasus tidak ditemukan di Jawa Timur khususnya Ponorogo. Pihaknya
sengaja melaksanakan pemeriksaan ke sejumlah penyedia fasilitas kesehatan.
Tujuannya mencari keberadaan vaksin palsu yang meresahkan tersebut. ‘’Sementara
kami baru melaksanakan pemeriksaan di RSU Muhammadiyah.
Pemeriksaan
bertahap ke semua rumah sakit, klinik, dan tempat praktik dokter,’’ ungkapnya.
Ayu menyebut keberadaan
vaksin di Ponorogo hampir pasti asli. Pasalnya, penyaluran vaksin dilakukan
pemerintah melalui dinkes. Terutama fasilitas kesehatan (faskes) milik daerah.
Mulai rumah sakit hingga puskesmas dan posyandu. Fasilitas kesehatan swasta
juga membeli vaksin yang dikeluarkan pemerintah. Namun, beberapa diantaranya
diperbolehkan membeli vaksin dari pihak swasta saat stok menipis.
Tak
urung, pemeriksaan di sejumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan swasta lain
di dahulukan. ‘’Kalau vaksin yang dikeluarkan pemerintah saya jamin aman. Tapi
kami tetap melakukan langkah antisipasi salah satunya dengan pemeriksaan,’’
ungkapnya sembari menyebut perlu mewaspadai vaksin impor.
Selain asal usul
vaksin tersebut, Ayu juga memelototi kode produksi, jenis vaksin, hingga
tanggal kedaluwarsa. Instruksi mengacu ketentuan yang dikeluarkan badan POM.
Dia
menambahkan, setiap produk memiliki kode produksi masing-masing. Jika ditemukan
kode yang sama patut dicurigai. Ayu menyebut, masing-masing vaksin memiliki
kriteria pemeriksaan tersendiri sesuai intruksi badan POM.
Di
antaranya, vaksin campak, hepatitis, dan folio. ‘’Peredaran vaksin diatur dalam
program pemerintah. Kalau mengacu itu saya pastikan vaksin aman. Tapi tetap
harus waspada,’’ jelasnya.
Ayu menyebut,
peredaran vaksin merupakan sudah menjadi sindikat. Tak urung, dia juga
mewanti-wanti petugas faskes agar melakukan pengawasan secara optimal.
Termasuk penanganan sampah medis. Pihaknya
sengaja memeriksa penanganan sampah medis tersebut agar tidak dimanfaatkan
orang yang tidak bertanggung jawab.
Tempat
vaksin bisa saja keluar untuk kemudian diisi kembali. Keluarnya tempat bekas
vaksin tak terlepas dari peran petugas di tempat kesehatan itu sendiri.
Bahkan,
dia menyebut, bekas tempat vaksin dibeli mahal di pasaran. ‘’Akan kami periksa
secara menyeluruh. Kami juga meminta laporan rutinnya,’’ tuturnya sembari
menyebut masyarakat tidak perlu khawatir namun tetap harus waspada. (agi/irw)
Source;radarmadiun