Jarum jam sudah meunjukan pukul 10.30 saat Sumartono
bergegas menuju masjid Malioboro Senin (13/6/2016). Penarik becak yang biasa
mangkal di depan kompleks gedung DPRD DIY ini sudah berpakaian rapi dengan
batik merah.
Kegiatan rutinnya mencari nafkah dihentikan sementara untuk meneruskan
pelajaran mengaji yang sudah diikutinya sejak beberapa bulan terakhir.
Aktivitas belajar mengaji ini diakui
Sumartono baru dilakukannya delapan bulan yang lalu. Saat itu lelaki 42 tahun
ini sama sekali tak bisa membaca Al Quran. Padahal keinginan untuk bisa membaca
kitab suci agama Islam itu sudah ada sejak kecil. Hanya saja dia merasa tak
pernah memiliki kesempatan untuk bisa belajar mengaji.
Bagi Sumartono, belajar mengaji di
usianya saat ini serasa melawan rasa malu. Pasalnya kebanyakan orang yang
seumuran dengannya sudah bisa membaca Al Quran. Dia pun merasa tak percaya diri
bila harus belajar bersama dengan peserta yang lebih muda.
ntungnya dalam program Komunitas Malioboro Belajar Mengaji
(KMBM) yang digagas warga yang beraktivitas di Malioboro ini dia menemui banyak
orang yang seumuran dengannya dengan keinginan serupa.
“Kebetulan ada program ini, saya ikut
saja, kebetulan banyak juga teman-teman dari Komunitas Malioboro yang juga
ikut,” kata dia.
Keinginan Sumartono untuk bisa
mengaji pun akhirnya terwujud setelah mengikuti pertemuan seminggu sekali di
Masjid Malioboro. Saat program putaran pertama berakhir April lalu dia sudah
mulai lancar mengeja huruf demi huruf dalam Al Quran.
Sumartono kembali bersemangat
mengikuti program KMBM putaran kedua yang baru dimulai Senin (13/6/2016). Kali
ini dia menargetkan untuk memperbaiki kualitas bacaan sekaligus mulai mencoba
memahami arti setiap ayat yang dibacanya.
“Saya kepinginnya nanti juga bisa
berbagi mengajari ngaji, saling belajar saja dengan peserta lainnya karena saya
juga masih butuh banyak belajar lagi,” kata dia.
KMBM putaran kedua kali ini dilakukan
berbeda dengan putaran pertama. Bila sebelumnya aktivitas belajar dilakukan
seminggu sekali, kali ini waktunya dilakukan setiap hari hingga 26 Juni
mendatang. Dalam waktu singkat ini peserta yang belum mampu mengaji ditargetkan
sudah bisa membaca. Sementara yang sudah cukup lancar membaca bisa semakin
memperbaiki teknik membaca Al Quran.
Untuk membantu para peserta, pengajar
khusus didatangkan dari beberapa perguruan tinggi Islam di Jogja. Mereka juga
mengirimkan mahasiswa yang menjadi relawan untuk ikut mengajari para peserta
yang seluruhnya berkegiatan di Malioboro untuk belajar mengaji.
Penjual pakaian yang biasa berdagang
di Pasar Sore Malioboro, Muji Purnomo merasakan betul manfaat kegiatan belajar
mengaji bersama ini. Sama seperti Sumartono, lelaki 57 tahun ini juga sama
sekali asing dengan huruf-huruf hijaiyah dalam Alquran delapan bulan lalu.
Berkat program ini, Muji Mengaku sudah cukup percaya diri untuk mengaji sendiri.
source;harianjogja