“Puluhan Sekolahan Diponorogo Ngaplo”
Pemangkasan
Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik di Dinas Pendidikan (Diknas) Ponorogo berdampak
luas. Proyek rehab kelas, pembangunan ruang kelas baru dan perpustakaan
sejumlah sekolah dasar dipastikan tertunda.
Sebab, pemangkasan DAK sebesar 53 persen itu membuat
dana untuk sarana dan prasarana tahun ini cupet. Sejumlah sekolah yang sudah
masuk daftar menerima bantuan terpaksa dicoret. ‘’Ada puluhan sekolah yang
terpaksa tidak kami masukkan dalam perubahan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA)
tahun ini,’’ kata Plt Kabid Sarpras Diknas Ponorogo Supriyono Adisaputro,
kemarin (10/5).
DAK tahun ini hanya tinggal Rp 2,8 miliar. Padahal, sebelumnya
mencapai Rp 6 miliar. Pemerintah pusat mewajibkan adanya pemangkasan 10 persen
DAK fisik yang digelontorkan ke daerah. Bupati Ipong Muchlissoni terpaksa
membebankan 53 persen pemangkasan pada dinas pendidikan.
Sebab, DAK
diknas belum terserap sama sekali. Imbasnya beragam. Sejumlah rencana kerja
yang sudah tersusun terpaksa diganti. Supriyono langsung menyusun program baru
dengan menyesuaikan anggaran. ‘’Untuk program rehab yang bersumber DAK tidak
ada sama sekali tahun ini. Dana hanya cukup untuk sarana dan prasarana,’’
paparnya.
Supriyono merinci, 60 persen dari Rp 2,8 miliar sisa DAK
tersebut bakal diperuntukkan bidang prasarana. Sedang, sisanya digunakan bidang
sarana. Hanya empat ruang kelas baru (RKB) dan lima perpustakaan yang masuk
pembangunan bidang prasarana tahun ini. padahal, usulan awal mencapai sepuluh
RKB dan perpustakaan. Sisa anggaran bakal digunakan untuk bidang sarana. Yakni,
pengadaan koleksi perpustakaan, pengadaan media pendidikan dan alat pendidikan.
‘’Jumlah sekolah penerima juga terpaksa kami kurangi. Kami masih kekurangan
banyak anggaran,’’ ungkapnya.
Supriyono menambahkan, rehab sejumlah ruang kelas sekolah dasar
tetap berjalan kendati tidak teranggarkan dalam DAK 2016. Pihaknya bakal
menggunakan sisa anggaran tahun lalu. Namun, besarannya terbatas. Yakni,
sekitar Rp 5 miliar.
Besaran itu sebagai anggaran rehab sebanyak 71 ruang
kelas. Supriyono tak menampik target rehab menurun. Sekolah yang sudah
mengusulkan rehab ruang kelas mencapai ratusan. Atau sekitar 12 usulan rehab
setiap kecamatan. ‘’Dari belasan itu yang dapat kami realisasikan hanya dua
ruang,’’ jelasnya.
Tak urung, pihaknya harus lihai menentukan skala prioritas.
Pembiayaan rehab melalui DAK hanya untuk kriteria rusak sedang dan berat.
Sedang, rusak ringan dapat menggunakan dana BOS. Padahal, rata-rata sekolah
yang mengajukan rehab sudah kategori rusak berat.
Dia berharap pihak sekolah bersabar sembari menunggu
tambahan anggaran yang dijanjikan pemkab. ‘’Kalau diukur dari prioritas,
semuanya prioritas. Tapi masalahnya anggaran tahun ini terbatas. Pasti nanti
(rehab) menyentuh ke sekolah yang sudah mengajukan,’’ katanya sembari menyebut
mayoritas proyek dikerjakan melalui swakelola.
Source;radarmadiun