“Warga
Talun Ngebel Ponorogo Belum Boleh
Meninggalkan Tempat Pengungsian”
Peta95.blogspot.com-Sudah
sebelas hari warga terdampak retakan tanah di Desa Talun, Kecamatan Ngebel
belum diinstruksikan meninggalkan tempat pengungsian. Desa tersebut juga masih
dalam status siaga bencana.Kepala Desa Talun Waroto mengatakan hingga saat ini
sebanyak 139 warga mengungsi di kantor desa dan rumah-rumah kerabat mereka.
Diantara mereka, ada tiga warga yang lumpuh ikut mengungsi. Saat ini, perempuan
dan lansia menetap di pengungsian. Berbeda dengan laki-laki yang produktif
bekerja jika siang hari. Mereka akan kembali ke pengungsian ketika malam
datang. ‘’Warga mengerti dan sadar untuk mengungsi. Tidak ada unsur paksaan,’’
katanya, kemarin (27/4).
Menurut Waroto,
titik utama longsoran di bukit Banyon terus mengalami pergerakan. Ketika turun
hujan, longsor dengan tipikal nendatan itu terus bertambah sedikit demi
sedikit. ‘’Tidak ada titik longsor tambahan dari retakan tanah yang terjadi.
Namun, titik longsoran utama itu perlahan terus bertambah,’’ paparnya.
Selain itu,
keputusan mengungsi juga mengacu informasi dari BPBD Ponorogo. Menurut BPBD,
Talun tetap rawan hingga musim hujan benar-benar selesai. Mereka belum merekomendasikan
warga kembali ke rumah masing-masing. Hingga saat ini, pihaknya masih
berkoordinasi dengan BPBD. Mengenai logistik dan obat-obatan bagi para
pengungsi, masih cukup. ‘’Kami tetap akan mengikuti petunjuk BPBD. Warga juga
menyadari bahwa bahaya masih mengintai,’’ terangnya.
Sementara itu,
kondisi di Dusun Krajan, Desa Tugurejo, Slahung juga tidak jauh berbeda. Kepala
Dusun Krajan Mujianto mengatakan, puluhan warga dusun dari 12 KK masih
mengungsi ketika hari berganti malam. Pasalnya, merasa waswas jika
sewaktu-waktu retakan di rumah semakin menjadi. Pun menurut Mujianto,
pergerakan tanah juga terus terjadi ketika hujan turun.
Soal kondisi para
pengungsi, Mujianto menyebut warganya tetap bertahan dalam kondisi seadanya.
Sebenarnya, sudah ada bantuan logistik dari berbagai pihak, pun puskesmas sudah
membagikan obat. Hanya, warga masih tidur dengan alas seadanya. Mereka harus
membawa alas tidur masing-masing karena belum disediakan. ‘’Selebihnya seperti
sembako masih cukup,’’ ujarnya.
Terpisah, Kabid Rehabilitasi
dan Rekonstruksi BPBD Ponorogo Hery Sulistyono tidak memungkiri pihaknya lebih
mengutamakan keamanan warga di Talun. Sebab, potensi bencana di Talun lebih
besar. Mengacu informasi dari BMKG Juanda, curah hujan di Talun hingga akhir
bulan mencapai 50 milimeter atau hujan deras bakal kerap mengguyur. Selain itu,
hujan disertai angin dan ada potensi cuaca ekstrem yang bisa merusak
lingkungan. ‘’Dari informasi BMKG itu sudah cukup membuat warga lebih waspada
karena potensi bencana masih ada,’’ terangnya.
Sumber;radarmadiun