Ibu-Ibu Hamil ini Masih Dihantui Resiko Kematian

“Ibu-Ibu Hamil ini Masih Dihantui Resiko Kematian"


Peta95.blogspot.com-Kematian bayi dan ibu hamil masih menjadi momok menakutkan. Kurun lima tahun terakhir, angka kematian bayi dan ibu hamil belum menunjukkan penurunan signifikan. Selama Januari-April tercatat ada 11 bayi baru lahir yang tidak sempat menghirup nafas kehidupan. Jumlah kematian bayi baru lahir pada tahun sebelumnya juga cukup tinggi.
Pada 2015 lalu diketahui ada 55 bayi meninggal. Sementara empat tahun ke belakang jumlahnya lebih banyak. Yakni, 60 kasus kematian bayi pada 2014, 76 kasus pada 2013 dan 84 kasus pada 2012 (selengkapnya lihat grafis). ‘’Penyebab tertinggi kematian bayi karena berat badan lahir rendah (BBLR). Sedangkan, pemicunya BBLR karena faktor gizi ibu hamil,’’ ujar Nur HastutiKasi Ibu, Bayi, dan Reproduksi Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan, kemarin (24/4).
Risiko kematian juga mengancam ibu hamil terutama pasca melahirkan. Penyebab tertinggi kematian ibu hamil adalah eklamsi. Yaitu, tensi tinggi diatas 150 mmHg yang mengandung protein urine positif. Selain eklamsi, faktor lain penyebab kematian ibu hamil adalah pendarahan yang dipicu karena kurang darah atau anemia.
Merujuk data dinkes, sepanjang Januari-April 2016 ada empat ibu hamil meninggal dunia. Kasusnya terjadi di Wonokarto, Donorojo, Tanjungsari, dan Kalak. Apabila dibandingkan tahun lalu angka kasus kematian ibu hamil tahun ini cukup memprihatinkan. Dimana sepanjang tahun 2015 lalu hanya ada 5 kasus kematian ibu hamil. Sedangkanpada tahun 2014  sebanyak 8  kasus,  tahun 2013 ada 10 kasus dan 2012 ada 7  kasus kematian ibu hamil.
Kabid Kesehatan Keluarga Dinkes Pacitan Wawan Kasiyanto mengingatkan agar ibu hamil rutin memeriksakan kandungan baik ke dokter, bidan maupun rumah sakit. Hal itu untuk memantau kondisi ibu dan bayi selama masa kehamilan. Jika terjadi masalah akan diketahui lebih dini sehingga langkah antisipasi secepatnya bisa diambil.  ‘’Kalau merasakan atau mengetahui kehamilannya bermasalah segera memeriksakan diri. Sebab, kasus kematian ibu hamil lebih banyak karena terlambat pemeriksaan,’’ terangnya.
Menurut dia, layanan pemeriksaan kehamilan sekarang lebih mudah diakses masyarakat. Saat ini jumlah bidan di Pacitan ada sekitar 220 orang dan 60 diantarannya telah bersertifikasi Asuhan Persalinan Normal (APN). Mereka juga tersebar di beberapa wilayah termasuk di lokasi pelosok. Keberadaan tenaga bidan tersebut diharapkan mampu menekan angka kematian ibu hamil dan bayi. ‘’Kalau ada masalah biar cepat diketahui dan ditangani,’’ jelas Wawan.
Dia mengatakan, dinkes sudah menggalang beberapa program untuk menekan laju kematian ibu melahirkan. Salah satunya memberikan layanan jaminan persalinan (jampersal). Tujuannya agar ibu hamil tidak terbebani biaya melahirkan dan tidak ragu datang ke bidan atau rumah sakit ‘’Kami juga ikutkan dalam program emas Pemprov Jawa Timur (Jatim),’’ imbuhnya.

Sumber;radarmadiun
Lihat Berita lainnya;peta95.blogspot.com

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »