Diprediksi,Jalur Longsor Mengarah Keratusan Rumah Warga Talun NGEBEL

"Diprediksi,Jalur Longsor Mengarah Keratusan Rumah Warga Talun NGEBEL"


Peta95.blogspot.com-Permukiman warga Desa Talun, Kecamatan Ngebel, dinyatakan rawan diterjang longsor. Hal itu dipastikan tim Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung usai meninjau sejumlah titik pergerakan tanah di desa tersebut. Pasalnya, jalur longsor langsung mengarah ke permukiman tempat ratusan warga Talun tinggal.

Penyelidik Bumi Utama PVMBG Bandung, Suranta menjelaskan, saat ini tanah di titik retakan utama desa tersebut sudah turun sekitar 1,5 meter. Pun, panjangnya mencapai sekitar 400 meter. Dia menyebut, retakan tersebut berjenis nendatan atau luncuran langsung ke bawah. Artinya, sewaktu-waktu retakan tersebut bisa berkembang menjadi longsoran. ‘’Pengalaman selama ini nendatan memang kerap berakhir menjadi longsor,’’ katanya, kemarin (22/4).
Menurut Suranta, itu karena tanah di bukit Banyon yang terletak di timur permukiman Desa Talun bersifat gembur. Susunan tanah bukit tersebut terdiri dari tanah hitam atau tanah vulkanik. Menurutnya, tanah tersebut mudah goyang terutama jika diguyur air hujan. Apalagi, puncak musim hujan juga belum bisa diprediksi. ‘’Satu imbauan saya, tingkatkan kewaspadaan selama musim hujan masih berlangsung. Sebaiknya warga tetap mengungsi saat hujan dan malam hari,’’ paparnya.
Suranta menyebut, longsoran tanah yang bersumber dari retakan di Talun akan sulit berhenti total. Apalagi, jalur longsoran diprediksi mengarah ke permukiman warga yang ada di sebelah barat. Tepatnya, warga RT 5/1 dan RT 6/1, lalu mengarah ke barat-selatan. Dua rumah terdekat di RT 6/1 dipastikan bakal jadi jujukan pertama longsoran tersebut. ‘’Seandainya di jalur longsoran terdapat lembah yang bisa menampung material longsor, maka bisa berhenti disana. Sayangnya tidak ada dan langsung ke rumah penduduk,’’ terangnya.
Dia mengatakan, pepohonan pinus yang berdiri tegak di sepanjang lereng bukit tidak bisa menahan longsoran tanah. Sebab, jenis akar pohon pinus tidak cukup dalam menembus lereng yang merupakan bidang gelincir longsor. Menurutnya pohon-pohon pinus yang ada malah justru berbahaya. Pepohonan pinus hanya akan menambah beban lereng, dengan jenis tanah yang siap tergoyang air hujan. Selain itu, pepohonan pinus di lereng bukit tersebut rata-rata sudah berusia tua. Cengkeraman akar ke dalam tanah jadi lebih lemah dibanding pohon pinus muda. ‘’Lereng bukit punya batas maksimal beban. Oleh karena itu perlu mengetahui kapan waktunya peremajaan pohon di lereng bukit,’’ jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Talun Suparman menjelaskan, pihaknya belum mempertimbangkan warga yang berada di jalur longsoran untuk direlokasi secara permanen. Dia menyadari jika jalur longsoran jelas-jelas mengarah ke permukiman. Namun demikian, tidak serta merta warga harus dipindah secara permanen. ‘’Sejauh ini warga tetap mengungsi sesuai arahan BPBD,’’ sebutnya.
Selain itu, warga desanya juga tidak mempermasalahakan instruksi mengungsi tersebut, karena sadar keselamatan. Warga mengungsi di balai desa dan rumah kerabat yang lebih aman. Sementara, khusus untuk warga RT 3/2 bisa mengungsi di rumah ketua RT setempat dan masjid. Untuk logistik, Suparman menyatakan masih aman hingga satu pekan ke depan. ‘’Kami sepenuhnya menyerahkan kepada hasil penyelidikan PVMBG dan rekomendasi BPBD. Instruksinya seperti apa akan kami ikuti,’’

SUMBER;Radarmadiun


Lihat Berita lainnya;peta95.blogspot.com

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »