“5 Kali Diserang Kanker,Pantang Menyerah,Sekarang Masih Hidup”
Eilert “Eddy” Pot harus menghadapi kanker lima
di depan matanya dalam kurun waktu dua tahun, dan setiap kali diserang, selalu
menjadi serangan yang lebih buruk dari sebelumnya. Namun tetap saja, manajer
untuk keamanan industry berusia 51 tahun ini tidak pernah putus asa, dan tetap
berdiri tegak sampai saat ini.
Perjumpaannya dengan kanker pertama kali pada
september 2012, tak lama setelah ia kembali ke Singapura dari liburan di
Australia.
“Ada bintik kecil di pinggang bawah sebelah
kiriku. Bintik itu menjadi terasa gatal, kemudian mulai mengeluarkan darah.
Lalu aku pun pergi ke dokter. Dokter umum itupun memotongnya dan membawanya
untuk diuji. Ketika hasilnya keluar, saya diberitahu bahwa bintik tersebut
ternyata adalah melanoma.”
Pada saat itu, bintiknya hanya sedalam 2mm,
yang mana ukuran ini dianggap cukup dalam sehingga Mr Pot memutuskan untuk ke
dokter ahli bedah Dr Dennis Lim di Pusat Pengobatan Mount Elizabeth.
Disana, hasil biopsi menunjukkan bahwa
melanomanya telah menyebar paling tidak ke satu kelenjar getah bening.” Mereka
mengangkat seluruh kelenjar getah bening di ketiak kiri saya. Mereka tidak
menemukan apa-apa selain itu. Rasanya sakit namun itu adalah kabar baik.” Hal
ini terjadi pada bulan Desember 2012.
Namun, kabar baik itu tak bertahan lama. Pada
bulan Maret 2013, Pet scan memperlihatkan ada sesuatu di bawah kulitnya, dekat
dengan bintik awal dahulu. Dr Lim pun mengangkatnya naun kemudian Mr Pot
ditransfer kepada Dr Patricia Kho dari Parkway Cancer Centre. Ia
merekomendasikan interferon sebagai pengobatan pendukung untuk mengurangi
risiko kambuh, dan ia memulai pengobatannya di bulan Mei 2013.
Interferon
Interferon adalah protein yang terbentuk secara
alami yang biasanya disekresikan oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh. Protein
ini digunakan untuk mengobati melanoma ganas, diantara bahan lainnya.
Awalnya, pengobatannya terasa berat.
Pengobatan ini membutuhkan interferon untuk diberikan melalui pembuluh darah
lima hari dalam sepekan, dua jam setiap kali sesi, sehingga empat pekan
berikutnya. Interferon tersebut pada mulanya melemahkan tubuhnya namun setelah
empat pekan, kekuatannya kembali pulih.
Ia kembali bekerja, dan mulai berolah raga
seperti biasa lagi. Luar biasanya, ia sanggup menyelesaikan lomba
triathon sebelum memulainya siklus kedua pengobatannya, sekitar tiga bulan
setelah pengobatan pertama selesai.
Namun, setelah menyelesaikan tahapan kedua,
PET scan menunjukkan bahwa melanomanya telah menyebar ke kedua paru-parunya.
“Meskipun lesi paru-parunya tidak besar, namun tetap saja kekambuhan itu akan
mempengaruhi pasien, demikian juga prognosisnya,” jelas Dr Kho.
Maka operasi pun menjadi pilihan terbaik bagi
Mr Pot dan ia dirujuk ke ahli bedah paru-paru Profesor Agasthian Thirugnanam di
institut Kanker Universitas Nsional.
Pembedahan dijadwalkan pada bulan November
2013 Mr Pot mengenang. “Profesor Argasthian mengangkat dua bintik di paru-paru
kanan Mr Pot dan satu di paru-paru kirinya. Pembedahan itu berhasil.
Untuk merayakan keberhasilan operasi itu, Mr
Pot dan istri serta dua buah hati mereka pergi berlibur untuk bermain ski di
Austria pada bulan Januari.
Scan Lanjutan
Ia mengira cobaan untuknya telah usai, namun
ternyata dugaannya salah. Pada bulan Maret 2014, scan lanjutan menunjukkan
adanya melanoma di paru-paru kanan di bagian dalamnya.
Kali ini, operasinya jauh lebih sulit. Perlu
waktu tujuh jam bagi Profesor Agasthian unyuk mengkat bintik itu, dan selurunya
kelenjar getah bening di paru-paru.
“pemulihan saat ini terasa sangat berat;
selama dua bulan, saya mengalami iritasi di paru-paru, saya kerap batuk dan
juga kehilangan kapasitas paru-paru. Saya menghabiskan waktu dua setengah bulan
untuk pulih.
Namun akhirnya ia bisa pulih, dan sementara ia
tidak ikut di triathlon lain, ia justru ikut dalam Marathon Standard di bulan
untuk pulih.”
Namun akhirnya ia bisa pulih, dan sementara ia
tidak ikut di triathlon lain, ia justru ikut dalam Marathon Standard Chartered
di bulan Desember 2014, dan berhasil menyelesaikan separuh marathon (21 km)
hanya dalam waktu dua jam lebih. Sejak operasi terakhirnya, dari hasil scannya
terlihat semuanya telah bersih dan baru-baru ini merayakan setahun dirinya
bersih dari kanker.
Mr Pot meyakini bahwa ia amat beruntung
tinggal di Singapura ketika kankernya ditemukan. “Di Belanda, hal seperti ini
jauh lebih konservatif. Mereka tidak melakukan PET scan tiap tiga bulan sekali.
Negara itu sangat reaktif. Sedangkan disini amat proaktif. Saya selamat karena
mereka agresif.”
“Praktik di PCC mirip dengan praktik
evidence-based di Australiadimana angka kejadian melanoma tinggi,” jelas Dr
Kho. “Pada faktanya, saya banyak mendiskusikan kasus Mr Pot dengan banyak
onkolog medis Australia untuk mencari pilihan terbaik baginya,” tuturnya.
“Pembedahan untuk lesi paru-paru dengan ketiadaan penyakit di titik lainnya
menjadi satu satunya pilihan yang berpotensi membantu menyembuhkannya.”
Bersyukur
Ia juga amat bersyukur atas operasi yang ia
terima, terutama operasi pengangkatan kelenjar getah bening di paru-parunya,
dan atas kerja keras Dr Kho dan timnya. “Kendati saya harus menemui klinik Dr
Kho untuk alasan yang tidak main-main, namun bagi saya hal itu selalu menjadi
kebahagiaan tersendiri untuk bertemu orang-orang yang sangat baik yang bekerja
di klinik tersebut. mereka sangat mendukung saya selama masa pengobatan.”
Pertemuaanya dengan kanker hingga berkali-kali
telah mengajarkannya untuk menghargai segala hal sekecil apapun. “Saat saya di
Belanda (pemulihan dari operasi terakhir), saya benar-benar menikmati meski
hanya sekadar duduk di taman, mendengarkan kicauan burung, saya sungguh
menikmati ‘hal-hal kecil’itu.”
Ia sangat menghargai dukungan dari keluarga,
dan rekan kerjanya. “Banyak teman kerja yang mendoakan saya; Muslim, Budha,
Hindu,semuanya melakukan sesuatu untuk saya. Saya benar-benar menghargainya.”
Sementara tak banyak mantan penderita kanker
yang mau ikut serta dalam lomba triathlon dan marathon setelah
pengobatan kanker atau operasi besar, Mr Pot menegaskan bahwa bukan
kebugarannya yang hebat yang membuatnya bisa membuat perbedaan.
“Pikiran mendominasi tubuh. Jika kita positif,
maka kita akan bisa mengelola semuanya. Jika Anda berkata, saya tidak bisa
apa-apa, Anda akan mulai berputus asa, kemudian, semuanya akan memburuk.
“Jadilah pribadi yang positif. Bahkan jika apa yang Anda alami memburuk, pasti
masih selalu ada hari baik di depan.”
Diagnosa
Dr Kho menyarankan kepada para pasien dengan
melanoma agar mereka harus mengetahui diagnosis penyakit mereka, juga
mengetahui siapa ahli bedah onkologi yang handal dan pengobatan tumor mereka
harus didiskusikan oleh para ahli dari multi-disiplin ilmu. “Saat ini ada
banyak terapi tertarget dan obat-obatan imunoterapi yang bisa digunakan untuk
mengobati melanoma ganas dengan lebih efektif,” jelasnya.
Sumber;madiunpos