KISAH JIH MAKSUM, KEHILANGAN ALAT PENGERAS SUARA DI BULAN RAMADHAN

KISAH JIH MAKSUM, KEHILANGAN ALAT PENGERAS SUARA DI BULAN RAMADHAN

Tampak seorang bapak tua mengenakan kopyah putih, dengan kaos oblong memakai sadal model kuno, berdiri di depan musholla dengan arsitektur warna hijau.
Gulungan sarung dengan motif kotak-kotak warna biru, terlihat tak lagi sempurna. Tatapannya kosong, seakan menyimpan seribu pikiran dan terlihat murung.
Jih Maksum nama panggilannya, dia tingggal di Desa Jeruk Soksok, Kecamatan Binakal,Kabupaten Bondowoso, dirinya dikenal sebagai tokoh agama di wilayahnya.
Pada bulan Ramadhan dirinya ditunjuk sebagai imam sholat taraweh di musholla itu, Musholla ada di tengah perkampungan ini sering dibuat kegiatan arisan atau sholat berjemaah.
Dengan usia yang sudah memasuki lansia tersebut, Jih Maksum mengajarkan ngaji kepada anak-anak kecil di sekitar rumahnya.
Memasuki bulan puasa Musholla ini biasanya ramai dengan acara tadarus membaca AL-Qur’an, baik sore maupun selepas sholat taraweh.
Namun, mulai hari ini suara merdu alunan ayat suci dan adzan tak lagi terdengar dengan lantang, amplifer dan alat pengeras suara pada umat malam (17/06) hilang, entah siapa yang mengambilnya.
Jih Maksum mengaku membeli amplifer alat pengeras suara itu dari hasil urunan yang dia kumpulkan selama satu tahun lamanya. Kini dirinya akan berusaha lagi untuk meminta jimpitan kepada masyarakat sekitar untuk membeli kembali.
“Ten kule kapekkeran nak, kule heran padahal ampli bedhe edelem musholla, mak tegeh, smangken tadarus biasa rammih smangken ampon sobung, (Saya begitu kepikiran nak, saya heran padahal mpli ada didaam Musholla, kok tega, seharusnya tadarus ramai sekarang sudah tidak ada lagi),” tuturnya dengan memelas.
Diusia 80 tahun ini Jih Maksum masih tetap semangat mengajak masyarakat untuk sholat berjemaah, dirinya berharap alat pengeras suaranya bisa dikembalikan dan disadarkan hatinya karena apa yang dilakukan sangatlah tidak terpuji.
“Mun jettak epabelih samuge bedhe genteh bik ALLAH, sopaje sholat idul fitri ramai saat takbiran, (Kalau memang tidak dikembalikan semoga ada ganti dari ALLAH, supaya saat sholat idul fitri ramai takbiran),” harapnya.
Dikatakannya kalau dirinya terahir tadarus bersama para satri menggunakan alat pengeras suara pada jumat malam. Namun, keesokan harinya amplifer besok harinya semua lenyap tidak disangka.
Dari kejadian yang menimpa Jih Maksum bisa dijadikan pelajaran dan bisa di jadikan contoh untuk selalu berbuat baik walaupun usia sudah senja
Semoga di bulan puasa bisa dijadikan kesempatan untuk berbuat baik dan bertaubat bukan malah sebaliknya.(*)

Source;komunitasorang jawatimur

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »